Sejarah Nahdlatul Ulama Ponorogo, dari Industri Batik hingga Kyai Pesantren

Dokumen Syahadah PCNU Ponorogo

Bermula pada awal tahun 1920-an, Kyai kalangan Pesantren, yang notabennya erat dengan pandangan Kaum Tradisionalis, mulai membuka diri dengan mengikuti isu nasional yang sedang berlangsung. Mulai dari perkembangan kebijakan pemerintahan kolonial, tumbuhnya organisasi pergerakan dan ide pembaharuan dalam islam. Namun demikian tetap masih ada Kyai yang masih anti dengan hal-hal yang berhubungan dengan barat. 

Di Ponorogo saat itu, organisasi Sarekat Islam (SI), yang dulunya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), menjadi ajang para Kyai saat itu untuk berkumpul dan saling bertukar informasi. Apalagi di dalam SI waktu itu juga banyak dari kalangan saudagar muslim dan pejabat pemerintahan ponorogo yang aktif di SI.

Apalagi saat itu di Kabupaten Ponorogo sedang terjadi geliat produksi batik yang begitu pesat. Sangking pesatnya produksi batik menghasilkan batik dengan harga terjangkau dan juga muncul desain- desain baru setiap harinya. 

Masifnya pengusaha batik di kabupaten Ponorogo kala, karena mulai tumbuh ekonomi, yang kemudian menjadi salah satu pendukung berdiri dan berkembanya organisasi islam yang baru seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). 

Nahdlatul Ulama di Ponorogo berdiri pada hari Senin, 18 April 1927 M atau 16 Syawal 1345 H. Hal ini sesuai dengan penetapan berdasarkan Surat Pengesahan Anggota Komite dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Ponorogo yang pertama kali. Anggota komite persiapan berdirinya PCNU ini berjumlah 10 orang yang diketuai H. Ibrahim dan wakilnya H. Bisri, dengan komite lainnya yaitu :

  • KH. Abu Dawud.
  • KH. Syamsuddin Affandi.
  • H. Anwar.
  • H. Moh. Irsyad.
  • H. Baedlowi.
  • H.M. Fadeli.
  • H. Bajuri.
  • Kartodinomo

Berdirinya NU di Ponorogo selain karena perjuangan tokoh muda dan saudagar Islam, juga tidak lepas peran Kyai pesantren. Di sela kesibukan Kyai pesantren mengajar santrinya, mereka merelakan waktunya untuk berjuang di Nahdlatul Ulama. 

Pendirian NU di Ponorogo sendiri tidak lepas dari hubungan persahabatan H. Ibrahim dan KH. Hasyim Asy’ari saat di Pondok Pesantren Siwalanpanji, Sidoarjo. Hubungan yang baik inilah yang kemudian H. Ibrahim tanpa ragu-ragu siap membantu dan mengembangkan NU di Ponorogo.

Hingga pada tahun 1930, tepatnya pada hari Selasa Pon, 11 Maret 1930 atau 10 Syawal 1348 Nahdlatul Ulama Cabang Ponorogo disahkan oleh Nahdlatul Ulama Pusat di Surabaya. Perlu diketahui bersama bahwasannya PCNU Ponorogo merupakan cabang ketujuh yang diresmikan langsung oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Diambil dari buku Jejak Sejarah NU Ponorogo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *